Huwala teman-teman pembaca!
Aku ingin sedikit bercerita beberapa momen di tahun lalu. Ada banyak hal yang terjadi dan mengubah hidup dan pandanganku terhadap hidup. Tahun 2019 itu menurutku adalah tahun penentu hidupku akan ke mana selanjutnya. Tahun kemarin menjadi tahun terakhir aku menjadi siswa. Sudah terbayang waktu itu berpikir keras akan melanjutkan studi ke mana. Di kelas sudah tidak lagi ada teman-teman yang berghibah hal-hal tidak penting, yang ada ribut saling tanya satu sama lain mau melanjutkan ke mana.
Saat pendaftaran SNMPTN dibuka semua teman seangkatan heboh dan antusias. Bertanya sana-sini mengenai informasi SNMPTN. Teman sekelasku dulu mayoritas anak pondok, sementara aku tidak, jadi akses informasi tentang SNMPTN banyak mereka tanyakan padaku. Ya, memang sekolah kami istimewa, jika di sekolah lain informasi disampaikan oleh guru BK/BP, di sekolah kami tidak demikian. Arus informasi sempit sekali, jadi memang harus mandiri mencari sumber informasi. Seingatku dulu tidak lama pendaftaran SNMPTN dibuka disusul dengan pembukaan pendaftaran SPAN PTKIN (Semacam SNMPTN tapi hanya untuk daftar di Perguruan Tinggi Negeri Islam)
Aku mendapatkan kesempatan untuk bisa daftar keduanya. Memang sih, rasa idealisku saat itu masih tinggi. Dengan percaya diri dan yakin aku memilih untuk mendaftarkan diri di UGM, tanpa menakar kemampuan dan mempertimbangkan hal-hal lain. Sangat optimis, sudah membayangkan keindahan Jogja. Padahal baru daftar dan belum tentu diterima. Pilihan kedua jatuh ke Universitas Diponegoro, aku mengambil program studi yang sama yaitu Sastra Indonesia. Sementara di SPAN PTKIN aku memilih program studi KPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Tadris Bahasa Inggris di UIN Walisongo Semarang.
Singkat cerita, tibalah saatnya pengumuman SNMPTN. Ingat sekali waktu itu aku membuka pengumuman dengan penuh harap, komat-kamit berdoa semoga bisa masuk UGM. Pukul 13.00 saat itu, langsung saja aku buka. Dan bhaaa, ternyata tidak diterima. Lemas, hampir menangis tapi ya pasrah. Mengikhlaskan adalah jalan satu-satunya. Andai saja waktu itu aku membuka tidak bersama teman-teman, pasti tangisku sudah pecah. Aku cepat-cepat berpikir positif saja waktu itu, meredam kesedihanku. Toh saat itu masih ada kesempatan lolos SPAN PTKIN, SBMPTN, atau UMPTKIN. Masih ada jalan lain pikirku.
Tibalah waktu itu pengumuman SPAN PTKIN. Keyakinanku agak surut sebab sudah pernah dikecewakan sebelumnya, bukan dikecewakan sih, tapi lebih karena aku yang punya ekspektasi lebih. Maka saat pengumuman SPAN PTKIN aku lebih santai, berharap yang terbaik saja namun tetap optimis bisa masuk. Sebab prodi yang aku pilih setelah aku observasi lewat laman resmi UIN Sunan Kalijaga memang dari tahun ke tahun peminatnya tidak begitu banyak. Jadi ku pikir kesempatannya akan lebih banyak. Pukul 15.00 WIB waktu itu portal pengumuman dibuka. Berdebar-debar aku membuka dan ternyata aku gagal lagi. Aku membuka pengumuman itu di kamar, rumah sedang tidak ada orang, aku menangis sejadi-jadinya. Padahal waktu itu sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi kecewa. Tapi sesedih itu aku saat itu, ku biarkan saja air mataku keluar, biar lega.
Momen sedih ini itu tak kubiarkan berlarut-larut, banyak kegagalan lain yang harus dicoba. Aku bersiap diri untuk mengikuti ujian-ujian untuk SBMPTN dan UMPTKIN. Aku juga ikut ujian mandiri di perguruan tinggi swasta, jaga-jaga jika aku tidak diterima di PTN yang ku inginkan. Di SBMPTN aku sudah tidak lagi berharap masuk UGM, aku menakar diri lagi sepertinya memang terlalu sedikit peluangnya. Aku memutuskan untuk memilih UNY, masih sama-sama di Jogja. Karena memang keindahan dan kenyamanan Jogja selalu terbayang olehku. Di UMPTKIN pun sama, aku memilih PTKIN di Yogyakarta.
Beberapa bulan berlalu dari tertolaknya di SNMPTN, portal pengumuman SBMPTN pun dibuka. Tidak seberani saat SNMPTN, aku lebih harap-harap cemas. Tidak begitu banyak berharap, toh saat itu aku sudah diterima di UIN Sunan Kalijaga. Tidak seantusias saat membuka pengumuman SNMPTN, aku lebih santai waktu itu. Seusai salat asar, aku membukanya. Dan waaaah, aku diterima. Selamat datang Jogja, pikirku membayangkan.
Masih menyimpan tangkapan layar ini, sebab menurutku sangat berkesan :) |